Kamis, 23 April 2015

Tiga Ciri Gerakan Muhammadiyah


KETUA PP Muhammadiyah, Dr Haedar Nashir, di depan peserta seminar Pra-Muktamar Muhammadiyah ke-47, di Kampus UMM, Malang, Selasa, 31 Maret 2015, mengatakan, ciri gerakan Muhammadiyah sangat kental di bidang kesehatan, pelayanan sosial dan pemberdayaan masyarakat. Ketiga hal itu tak mungkin hidup tanpa kekuatan komunitas. (Foto: Aries Sudiono)





————


Tiga Ciri Gerakan Muhammadiyah


Muhammadiyah sebagai organisasi modern perlu ditopang gerakan berbasis komunitas, karena hingga saat ini, ciri gerakan Muhammadiyah sangat kental di bidang kesehatan, pelayanan sosial dan pemberdayaan masyarakat. Ketiga hal itu tak mungkin hidup tanpa kekuatan komunitas.

Demikian diungkapkan Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Dr Haedar Nashir, pada seminar Pra-Muktamar Muhammadiyah ke-47, di Aula BAU UMM, Kampus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Kota Malang, Selasa, 31 Maret 2015.

Seminar dengan tema “Dinamisasi Gerakan Muhammadiyah Berbasis Komunitas dan Amal Usaha”, dihadiri sekitar 150 peserta yang terdiri atas Pimpinan Cabang Muhammadiyah se-Jatim.

“Hidup matinya Muhammadiyah sebagai gerakan sosial sangat tergantung pada aktivitasnya di basis jamaah atau komunitas,” tandas Haedar.

Dia mengambil contoh, gerakan pembebasan anak yatim dan orang miskin pada 1922 yang kemudian dilembagakan melalui Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO), bisa lahir karena dakwah Muhammadiyah berbasis komunitas.

Rektor UMM Prof Muhadjir Effendy, mengingatkan, di tengah kesibukan warga Muhammadiyah mengurusi lingkaran struktural amal usaha, gerakan berbasis komunitas jangan sampai terabaikan.

Tak hanya komunitas berbasis dakwah, Muhadjir juga menekankan perlunya Muhammadiyah bergerak di komunitas berbasis minat, hobi, hingga kelompok-kelompok non-struktural lainnya, seperti di bidang olahraga dan kesehatan.

“Sekarang banyak bermunculan komunitas sepeda pancal, senam pagi, hingga komunitas pasien cuci darah. Hal ini semestinya tak diremehkan oleh Muhammadiyah. Kalau saja kita telaten merawat komunitas-komunitas seperti itu, ini akan menjadi strategi yang luar biasa,” paparnya.

Muhadjir memunjuk pentingnya dihimpun komunitas pasien yang sangat efektif bagi pengembangan rumah sakit Muhammadiyah, atau komunitas wali murid sekolah Muhammadiyah se-Indonesia yang bisa melahirkan gerakan pendidikan yang berdampak luas secara sosial.

“Dengan model gerakan seperti itu, Muhammadiyah bisa menjadi social denominator,” tandas Muhadjir.

Selain Haedar dan Muhadjir, para pakar Muhammadiyah yang menjadi narasumber seminar hari itu adalah Prof Fauzan Saleh, Prof Syamsul Arifin, Prof Achmad Jainuri, dan Dr Hilman Latief.

Di akhir acara, Dr Moh Nurhakim selaku Ketua Pelaksana Seminar menyampaikan rumusan hasil seminar yang akan menjadi rekomendasi bagi Muktamar Muhammadiyah ke-47 pada 3-7 Agustus 2015 di Makassar.

Gaung Muktamar via Seminar

Gaung Muktamar Muhammadiyah 2015, juga disuarakan berbagai perguruan tinggi lainnya dengan mengadakan seminar Pra-Muktamar Muhammadiyah.

Selain UMM, PTM yang juga mengadakan seminar pra-Muktamar yaitu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Surakarta, STIKES Aisyiyah Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Palangkaraya, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Universitas Muhammadiyah Banda Aceh, Universitas Muhammadiyah Sorong, Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, dan Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Demikian pula dengan Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka, Universitas Muhammadiyah Jakarta, dan IKIP Muhammadiyah Maumere, masing-masing kampus mengangkat tema berbeda.

“Mereka diminta berpikir serius dan kritis mengenai Muhammadiyah saat ini dan yang akan datang,” kata Moh Nurhakim.

——
Sumber:
http://sp.beritasatu.com/home/umm-gelar-seminar-pra-muktamar-muhammadiyah/82944

Tidak ada komentar:

Posting Komentar