Bendahara Panitia Pusat Muktamar ke-47 Muhammadiyah dan Aisyiyah, Muhammad Dasron Hamid (kedua dari kiri), meninggal dunia dalam usia 75 tahun, di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Yogyakarta, Jumat malam, 24 April 2015, sekitar pukul 19.05 WIB. Dasron Hamid yang lahir di Yogyakarta, 29 agustus 1940, adalah salah seorang pendiri dan mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. (int)
——
Dasron Hamid, Bendahara Panitia Muktamar Muhammadiyah, Meninggal Dunia
Bendahara Panitia Pusat Muktamar ke-47 Muhammadiyah dan Aisyiyah, Muhammad Dasron Hamid, meninggal dunia dalam usia 75 tahun, di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Yogyakarta, Jumat malam, 24 April 2015, sekitar pukul 19.05 WIB.
Dasron Hamid yang lahir di Yogyakarta, 29 agustus 1940, adalah salah seorang pendiri dan mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Dalam aktivitasnya di Muhammadiyah, Dasron sangat identik dengan Muktamar Muhammadiyah. Hal itu lantaran ia menghabiskan separuh usianya untuk mengurusi Muktamar. Sejak Muktamar ke-37 pada 1968 di Yogyakarta hingga Muktamar ke-47 yang akan berlangsung di Makassar (3-7 Agustus 2015), ia selalu memainkan peran penting.
Di luar aktivitasnya di Muhammadiyah dan dunia akademik, Dasron juga banyak berperan dalam dunia olahraga dan persepakbolaan. Hal itu menunjukkan pribadinya yang lentur, terbuka, dan egaliter.
Pendidikan
Dasron memulai pendidikannya di Sekolah Rakyat (SR) Muhammadiyah Purwodiningratan, Yogyakarta. Selanjutnya ia belajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2 Yogyakarta, lalu masuk ke Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 Yogyakarta.
Selepas SMA, Dasron sebenarnya ingin menjadi siswa Akademi Angkatan Udara (AAU) namun tak diijinkan kedua orang tuanya. Ayahnya ingin ia jadi dokter, namun akhirnya ia kuliah di Jurusan Kultur Teknik Fakultas Pertanian dan Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Dasron yang semula sangat ingin menjadi pilot akhirnya bisa menikmati masa kuliahnya di UGM, bahkan pada akhirnya ia menjadi salah satu pioneer lahirnya Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM pada 1963.
Dosen UGM
Setelah lulus, ia kemudian meneruskan S2-nya di The Australian National University (ANU) pada 1978-1980 dan menjadi dosen di almamaternya UGM. Berbekal pengalamannya sebagai dosen FTP UGM itulah yang lantas menginspirasinya mendirikan UMY.
Dirikan UMY
Perintisan UMY dilakukan Dasron bersama sejumlah koleganya sesamaaktivis Muhammadiyah, di antaranya yaitu Mustafa Kamal Pasha, Alfian Darmawan, Amien Rais, Azhar Basyir, Rosyad Sholeh, dan didukung ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah saat itu, AR Fakhruddin, dan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Muchlas Abror. UMY akhirnya resmi berdiri pada 1 Maret 1981.
Dasron mengatakan, sebagai sebuah gerakan sosial keagamaan, Muhammadiyah tak pelak lagi merupakan fenomena moderen yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada tahun 1912.
Ciri moderen tersebut tampak dalam tiga hal pokok, yaitu bentuk gerakannya yang terorganisasi, aktivitas pendidikan yang mengacu pada model sekolah moderen untuk ukuran zamannya, dan pendekatan teknologis yang digunakan dalam mengembangkan aktivitas organisasi, terutama amal usahanya.
”Itulah yang menjadi dasar saya bersama teman-teman mendirikan Institusi pendidikan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,” ungkapnya.
Rektor Tiga Periode
Kontribusi besarnya membidani kelahiran UMY membuatnya dipercaya menjadi Rektor dua periode dalam rentang waktu 1986 hingga 1997. Setelah itu ia sempat digantikan oleh Khoiruddin Basyori, namun pada 2008 ia kembali dipercaya sebagai rektor hingga 2012.
Terbukti, sentuhan tangan Dasron Hamid membuat UMY mampu bersaing dengan kampus lainnya yang lebih dulu berdiri, hingga menunjukkan kejayaannya sampai saat ini.
Ketekunan Dasron menangani UMY membuatnya lupa melanjutkan studi S3. Dengan segala keihklasan, ia justru banyak menciptakan jalan bagi lahirnya berpuluh-puluh doktor lulusan dalam maupun luar negeri. Saat ini, Dasron dipercaya sebagai wakil ketua Badan Pembina Harian (BPH) UMY.
Kiprah di Muhammadiyah
Kiprah Dasron di Muhammadiyah dimulai saat ia terlibat di Majelis Pemuda Daerah (MPD) DIY. Saat itu, organisasi otonom (ortom) Pemuda Muhammadiyah belum berdiri sendiri dan masih berbentuk majelis. Setelah kemudian menjadi ortom pasca-Muktamar Pemuda di Semarang, Dasron lantas menjadi salah satu ketua PP Pemuda Muhammadiyah.
Sewaktu Dasron kecil masih di SR, sebenarnya ia sempat terlibat di Hizbul Wathan (HW), namun keterlibatan tersebut lantaran hal itu adalah kewajiban bagi pelajar Muhammadiyah.
Di tingkat PP Muhammadiyah, Dasron pernah diberi amanah sebagai bendahara pada 1985-1990 dan 2000-2005, ketua Badan Pendidikan Kader pada 1990-1995, dan ketua Lembaga Lingkungan Hidup pada 2005-2008.
Di luar posisinya itu, bisa dikatakan, sosok Dasron sangat identik dengan Muktamar Muhammadiyah. Hal itu lantaran ia menghabiskan separuh usianya untuk mengurusi Muktamar. Sejak Muktamar ke-37 pada 1968 di Yogyakarta hingga Muktamar ke-47 yang akan berlangsung di Makassar tahun depan, ia selalu memainkan peran penting.
Dunia Olahraga
Selain di Muhammadiyah, Dasron juga pernah menjadi ketua umum Perserikatan Sepakbola Indonesia Mataram (PSIM) pada 1981-1996, ketua komisaris daerah Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) DIY pada 1996-2006, ketua umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) DIY pada 1998-2008, dan ketua Badan Perwakilan Anggota AJB Bumiputera 1912 pada 2000-2005.
Keragaman perannya itu menunjukkan sosoknya yang multiaktivitas, sekaligus menampilkan jati dirinya sebagai pribadi yang sedikit bicara namun banyak bekerja. (asnawin/dari berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar