Selasa, 04 Agustus 2015

Bedah Buku "Muadzin Bangsa dari Makkah Darat"

Makassar, Muktmar Muhammadiyah –Menyemarakkan Gebyar Muktamar Muhammadiyah ke 47 di Makassar ,Dewan Perwakilan 

Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPD IMM) Sulselbar bekerjasama dengan MAARIF Institute dan PT PLN ( Persero ) membedah buku mantan Ketua PP Muhammadiyah Prof Dr Ahmad Syafii Maarif  berjudul “Muazin Bangsa dari Makkah Darat’ di Monumen Mandala, Jl Jenderal Soedirman kemarin.Rabu,05/08/2015.


Buku ini ditulis Mun’im Sirry, Noorhaidi Hasan, Hilman Latief, Alois Nugroho, Akhmad Sahal dan sejumlah penulis lain yang mendeskripsikan buah pikiran Buya Syafii.

Dalam bedah buku di Pandu oleh  Prof.Ahmad Mujahid Rais MA dengan pembedah Prof. Dr. Azyumardi Azra ( Cendekiawan Muslim, dan Prof. Muhammad Ali (Dosen Univesity California at riverside, USA/ PCIM Amerika ), serta Fajar Riza UI Haq (Direktur Yayasan Ma’arif instutite)

Hadir  Prof.Dr.KH.Ahmad Syafi’i Ma’arif  sebagai Keynote Speaker dalam bedah buku tersebut, serta sejumlah peserta Muktamar Muhammadiyah,dosen, dan Mahasiswa.

Buku ini merupakan kompilasi pengkajian dan pendalaman atas pikiran-pikiran Ahmad Syafii Maarif. Menurut Direktur Eksekutif Maarif Institute Fajar Riza Ul Haq, penerbitan ini merupakan upaya untuk merekam riwayat intelektualisme Syafii Maarif yang selama ini berkembang di ruang publik.

“Kami berharap kehadiran buku ini dapat memberikan sumbangan dalam memperkaya mozaik Islam Indonesia yang punya kekhasan. Dunia Islam membutuhkan alternatif ketika Timur Tengah didera pertikaian dan konflik, di sini Islam Indonesia punya modal untuk menjadi kiblat baru. Produktivitas karya-karya bermutu tentang intelektualisme Islam di Indonesia sangat diperlukan”, ungkap Fajar

Lanjut “Secara harfiah, muazin adalah sang pengingat. Ia berseru-seru tiada lelah mengingatkan banyak orang untuk menunaikan salat dan menggapai kebahagiaan. Seorang muazin senantiasa konsisten menyerukan nilai-nilai moralitas dan kebajikan serta mengingatkan orang-orang untuk terhindar dari perilaku-perilaku munkar (buruk),”

Adapun “Makkah Darat” merupakan julukan historis untuk Sumpur Kudus, tanah kelahiran Buya Syafii. Frase “Makkah Darat” dipungut dari sejarah Minangkabau era Islam yang telah tertimbun debu sejarah selama dua abad. Makkah Darat, tulis Buya dalam otobiografinya, merepresentasikan simbol pusat Islam di pedalaman Minang yang memiliki sejarah panjang dalam proses pergumulan Islam dengan kultur Hindu-Buddhis. kata Fajar.

Menurut salah satu Pembedah mengatakan, “ Buya syafi’I itu adalah pemikir dan guru bangsa yang belum ada menyamai di Indonesia dengan segala kesederhanaan dan pengalamaanya.Ini adalah refleksi dan pemikiran saya tentang pendapat buya syafi’i tentang islam keIndonesiaan dan kemanusiaan jadi ada hubungan islam dengan keIndonesiaan dan kemanusiaan tidak bertentangan itu alasan saya menulis buku ini dan Tujuan dari pada buku ini diterbitkan adalah supaya Muhammadiyah bisa lebih terbuka
. Ungkap Muhammad Ali.
Muhamad Ali (Dosen di Universitas California,USA

Hal tersebut di sampaikan di Diskusi bedah buku yang berjudul Muadzin Bangsa dari MAKKAH DARAT di Monumen MAndala kemarin.Rabu,05/08/2015 Muhammad Luqman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar