Buku "IRONI Negeri Kepulauan" merupakan buku kedua dari Beni Pramula, Ketua Umum DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, sekaligus Presiden Pemuda Asia-Afrika. Buku pertama yang berbau sektoral “Merebut Momentum Zaman dan Menduniakan Gerakan”, tidak begitu buming dan lebih kepada kepentingan Muktamar.
--------
Beni Pramula:
Tunjukkan Karya, Jangan Saling Menghujat
Buku "IRONI Negeri Kepulauan" merupakan buku kedua dari Beni Pramula, Ketua Umum DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, sekaligus Presiden Pemuda Asia-Afrika. Buku pertama yang berbau sektoral “Merebut Momentum Zaman dan Menduniakan Gerakan”, tidak begitu buming dan lebih kepada kepentingan Muktamar.
“Saya jujur saja dari pada saya menghujat calon-calon yang lain, lebih baik saya tunjukkan bahwa saya memiliki karya sebuah buku, silahkan pilih saya menjadi ketua Umum DPP IMM dengan karya buku saya itu. Jadi ke depan teman-teman kalau mau berkompetisi di cabang, di komisariat, tidak perlu saling menghujat dan menjatuhkan dengan kompetisi-kompetisi lainnya tapi tunjukkan apa prestasi yang bisa kita tunjukkan,” ujarnya saat menjadi pembicara Bedah Buku Ironi Negeri Kepulauan di Monumen Mandala, Kamis (06/07).
“Jadi ketika suatu hari teman-teman mau berkompetisi tunjukkan apa prestasi, apa yang sudah diperbuat, dan tidak usah menjelekkan orang lain,” tambahnya.
Beni juga menjelaskan kesengajaan menulis buku IRONI Negeri kepulauan dengan tujuan menggugah pemuda-pemuda hari ini bahwa bangsa kita adalah bangsa yang besar, bangsa yang mayoritas penduduknya adalah kaum pemuda tetapi sayang melihat kondisi pemuda dan mahasiswa kita hari ini sangat memperihatinkan, karena bendera kita sudah jarang berkibar di tengah pondasi dan tiang bangsa kita yang kian rapuh.
"Bendera kita sudah jarang berkibar ketika birokrasi pemerintahan kekuasaan itu perlu otoritik dari tangan-tangan mahasiswa," ujarnya.
Selain itu Presiden Pemuda Asia-Afrika ini mengungkapkan bahwa ia orang yang tidak anti asing.
“Silahkan warga negara dari berbagai belahan dunia manapun bekerja di Indonesia membuka perusahaan di Indonesia, tetapi saya selaku ketua umum IMM akan marah kalau seandainya berduyun-berduyun warga Cina yang 20 juta itu akan diperkerjakan di Indonesia, sementara di Indonesia sendiri masih banyak pengangguran, masih banyak kemiskinan, masih banyak kebodohan, TKI kita disiksa mati-matian diluar negeri,” tegasnya.
“Rupiah kita memang kali ini anjlok,tapi dimana mahasiswa hari ini ketika situasi kebangsaan kita yang seperti itu. Dan saya cukup perihatin dengan keadaan pemuda dan mahasiswa hari ini. Narkoba seperti seolah menjadi sarapan pagi, seks bebas bukan lagi hal yang tabuh, bahkan agama sekalipun dianggap seperti barang kuno yang dimusiumkan,” ujarnya.
“Coba kita lihat di pinggirjalan, mereka lebih asik nongkrong dipinggir jalan, ngopi, dan kemudian yang diobrolkan tidak jelas. Selama ksedaraan ini tidak kita bangun, kesadaraan ini tidak kita buang, maka selamanya kita akan berada disituasi yang terpuruk" katanya.
Beliau juga menuturkan ada pengelolaan yang salah pada negeri kita ini, dimana kesalahan tersebut ialah merajalelanya koruptor yang hanya mementingkan dirinya sendiri . Dan di akhir pembicaraan Beni mengutip kalimat dari Buya Syafi’i Ma'arif.
“Jangan menjadi bangsa yang jongos, jangan jadi bangsa pekerja ,jangan jadi bangsa penonton, tapi kalian harus menjadi bangsa pelaku, harus menjadi bangsa pelopor, memiliki segalanya”. Nur Faizah A
Tidak ada komentar:
Posting Komentar