Rabu, 05 Agustus 2015
HIDUP-HIDUPILAH MUHAMMADIYAH JANGAN MENCARI HIDUP DIMUHAMMADIYAH
Pesan kiyai dahlan diatas sudah terpantri didalam jiwa dan sanubari untuk tetap teguh menyebarluaskan faham kemuhammadiyaan. sebelum melakukan wawancara ayahanda langsung memberikan defenisi tentang muhammadiyah sampai metode pengambilan hukum dalam bermuhammadiyah dengan panjang lebar kepada kami. Pada tanggal 4 agustus 2015 hari selasa jam 15.23 di gedung balai sidang unismuh makassar ayahanda pimpinan cabang istimewa mengatakan bahwa muktamar muhammadiyah yang ke 47 ini termasuk sangat sukses dan megangkat jelpol tagannya, beliau juga menceritakan suka duka menjadi pengurus Muhammadiyah pada saat Muhammadiyah pertama kali masuk di pulau Minang Malaysa mereka sangat bayak mengalami berbagai macam cobaan, hinaan, cacian, gunjingan sampai-sampai foto Haji Tuan Guru Zainal Abidin Bin Zam-Zam di coret coreti dengan coretan sagat tidak terpuji dan beliau juga sering di caci maki oleh orang lain tapi beliau tidak pernah mau membalas hinaan mereka dan beliu juga tetap tegar dan teguh serta sabar di organisasi muhammadiyah karna beliau bertekat untuk membuat Muhammadiyah menjadi berjaya di pulau minag malaysia dan memiliki prinsip semakin banyak orang yang suka dengan kita maka semakin banyak juga orang yang membenci kita, kalau soal tantangan itu adalah hal wajar Rasulullah, Kh. Dahlan saja banyak tantanganya terlebih dengan kita semua ujar Pak Haji Tuan Guru, Inilah kader Muhammadiyah sejati karna beliau menghidup-hidupi Muhammadiyah bukan mencari hidup di muhammadiyah,beliau juga mengatakan inysaallah beliau akan tetap setia di organisasi Muhammadiyah. sebelum selesai wawancara terdapat harapan kepad pimpinan Muhammadiyah yang selanjutnya untuk tetap melanjutkan dakwah Muhammadiyah Dari bidang pendidikan, bidang sosial, bidang keagamaan dll, dan terdapat kegelisahan bahwa ia melihat Muhammadiyah sangat kurang di bidang ahli Fiqih/ Fuqahanya tapi kalau dibidang lain Muhammadiyah sudap patut untuk di apresiatif terutama para cendikiawan dan intelektualnya. (Abd. Rahman & Faisal Nur)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar