Dwiki Dharmawan saat memperkenalkan Theme Song. |
“Dua bulan sebelum membuat lagu muktamar aisyiyah, saya berada dalam perjalanan panjang dari beberapa negara di benua Amerika, Eropa, UK, hingga Australia, syair yang telah dibuat ini saya aransement lagu dan nadanya disepanjang perjalanan didalam pesawat, sampai akhirnya saya merekam di Indonesia, sebelum perjalanan ke luar negeri lagi” katanya.
Lagu pak Din ini Dwiki buat di Indonesia yang secara kebetulan sempat ia bahas dan persentasikan saat pak Din menuggu pesawat dari Vatikan dan Dwiki menunggu pesawat dari Polandia.
Dibandingkan dengan Theme Song Muktamar Muhammadiyah, tantangan terbesarnya justru ada saat mengaransement Theme Song Muktamar Aisyiyah.
“Kalau lagu pak Din itu enak, karena waktunya masih panjang , sedangkan lagu Muktamar Aisyiyah ini waktunya sangat mepet yah antara bulan Februari sampai Juni. Aransementnya juga sangat deadlean, saya di hubungi ibu Jannah bulan Februari, Maret saya garap, alhamdulillah April sudah bisa dilaunching”. Lanjut Dwiki
Karena kesibukannya Dwiki mengutus dua orang tim dan tim produksi untuk melatih mahasiswa dan mahasiswi Ahmad Dahlan Jogja, serta Stikes Muhammadiyah Malang.
“Semoga tidak ada halangan, Insya Allah Akan dinyanyikan besok (hari ini) oleh 500 mahasiswa gabungan unhas dan unismuh”
Visi saya dalam mengaransemen musik ini saya berusaha untuk tidak kolot, jangan sampai dinggap Aisyiyah itu hanya ibu-ibu dan nenek-nenek saja, kaum muda perempuan islam Indonesia itu semangat di asiyyah, dan kaum muda muhammadiyah itu segar, kreatif dan inofatif.
“Saya bagngga menjadi bagian di Muktamar 100 tahun aisyiyah dan 105 tahun Muhammadiyah ini sebagai bagian dari pembangunan indonesia, semoga dari lagu ini bisa memberikan kita pencerahan dan nuansa dalam hati dan batin kita bagaimana dakwah melalui seni itu masuk di seluruh masyarakat khususnya kaum muda” (Muhammad Fahmi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar