Rabu, 05 Agustus 2015

Tin: ‘Aisyiyah Sangat Diperhitungkan

Satu Abad ‘Aisyiyah merupakan momentum penting bagi ‘Aisyiyah untuk merefleksikan kiprahnya selama ini di masyarakat. ‘Aisyiyah sangat diperhitungkan, apabila mengambil peran dalam upaya pengendalian tembakau baik secara organisasi maupun keterlibatan kader-kadernya.

Hal ini diungkapkan Tin Sapartinah, aktivis perempuan dalam pengendalian tembakau yang juga pembina Indonesian Institute for Social Development (IISD) saat ditemui dalam Forum Majelis Pembinaan Kesehatan Umum (MPKU) PP Muhammadiyah bekerjasama dengan Muhammadiyah Tobacco Control Center (MTCC) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismuh), Rabu (5/8).


“Jadi sebagai salah satu organisasi perempuan, ‘Aisyiyah luar biasa dan sangat diperhitungkan. Memiliki jaringan organisasi sampai di tingkat akar rumput. Secara posisi perempuan memiliki potensi yang besar demikian juga dengan potensi dalam organisasi yang juga besar,” ungkapnya.

Seperti diketahui bahwa ‘Aisyiyah memiliki amal usaha di bidang pendidikan dari TK Bushtanul Atfal hingga perguruan tinggi yang telah tersebar di seluruh Indonesia. Seluruh amal usaha ini merupakan upaya untuk membentuk sumber daya manusia yang unggul. Namun demikian, sangat disayangkan jika sumber daya manusia ini dirusak oleh zat adiktif seperti rokok.

“Menggarisbawahi tema Muktamar yakni Indonesia berkemajuan, tentulah penggerak utamanya kualitas SDM (sumber daya manusia-red), kualitas penduduk dan daya saing bangsa. Inilah tiga serangkai yang tidak bisa dipotong. Apakah tidak sebaiknya seluruh jajaran persyarikatan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah menegaskan tentang kualitas SDM ini,” katanya.

Ia menambahkan, “Jika dikaitkan dengan urusan rokok, maka isu besarnya   adalah kesehatan atau kesakitan, yang kedua kesejahteraan dan taraf pendidikan, Dua-duanya itu sangat relevan dengan urusan kualitas SDM, maka lima tahun kedepan urusan kualitas SDM, kualitas penduduk dan daya saing bangsa sangat relevan dengan visi dari persyarikatan kedepan. Hal itu pasti bersangkut paut dengan urusan rokok,” tambahnya.

Saat ini ‘Aisyiyah telah mengembangkan program Tuberculosis Care Community (TB Care Community) yang telah dijalankan dan melibatkan pengurus ‘Aisyiyah di wilayah. Hal ini merupakan langkah awal yang baik mengingat TB merupakan penyakit yang disebabkan oleh rokok.

Di tempat terpisah, TB Care Community mengadakan Talkshow di Monumen Mandala Makassar. Dalam acara tersebut diungkapkan hingga saat ini, belum ada negara yang bebas dari TB. Dalam Global Report Tuberculosis 2014 yang dikeluarkan Organisasi kesehatan Dunia (WHO), pada 2013, diperkirakan ada sekitar lebih 9 juta kasus dengan TB di dunia, termasuk kasus TB pada penderita HIV. Penyakit ini adalah pembunuh nomor dua setelah HIV yang pada 2008 menyebabkan 1,8 juta kematian. Menyedihkan, bahwa sepertiga dari 9 juta kasus belum tersentuh pelayanan medis.

Mantan penderita TB, Fitri mengisahkan perjuangannya meminum obat hingga sembuh, termasuk bagaimana ia merasakan pengucilan akibat stigmatisasi. Demikian pula kader, Sitti Ihsaniyah menceritakan bagaimana perjuangannya melakukan pendampingan terhadap suaminya, yang pernah menderita TB. (Achmad Zulfikar/Ummul Khaerah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar